Tuberkulosa paru (TBC) adalah suatu penyakit infeksi kronik, akut atau subakut yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkolulosis yang bersifat tahan asam, aerob dan merupakan hasil gram positif, yang ada umumnya menyerang struktur alveolar par-paru.
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992, penyakit paru di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar setelah penyakit jantung. Sebagian besar penderita TB paru berasal dari kelompok masyarakat usia produktif dan berpengasilan rendah. Adanya wabah HIV/AIDS di seluruh dunia juga turut mempengaruhi jumlah penderita TB paru termasuk Asia Tenggara. Selain itu, peningkatan jumlah penderita TB juga dipengaruhi oleh industrialisasi, kemudian transportasi, serta perubahan ekosistem. Dari hasil survei yang dilakukan oleh WHO didapatkan fakta bahwa kematian wanita akibat TB lebih besar daripada kematian akibat kehamilan dan persalinan (Zain, 2001).
Tuberculosis paru (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu mikrobakterium tuberculosis. Bakteri tuberculosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 µ x 0,2-0,5 µm, bentuknya seragam, tidak berspora, dan tidak bersimpai. Pada biakan, terlihat bentuknya bervariasi mulai dari bentuk kokoid sampai berupa filamen. Beberapa strain tertentu berbeda dalam pertumbuhannya, yaitu berbentuk batang dan tersusun seperti tali yang disebut cord formation (Budiarti, 2001).
Dinding selnya mengandung lipid samapai hampir 60 % dari berat seluruhnya, sehingga sangat sukar diwarnai dan perlu cara khusus agar terjadi penetrasi zat warna. Kandungan lipid yang tinggi pada dinding sel menyebabkan bakteri ini sangat tahan terhadap asam, basa, dan kerja antibiotic bakterisidal.


Penularan TBC dapat terjadi karena kuman dibentukkan atau dibersinkan secara “droplet infection”, yaitu udara yang dihirup ketika bernapas. Akibat terkena sinar matahari yang panas, droplet  menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara di bantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberculosis yang terkandung dalam droplet terbang ke udara. Apabila bakteri tersebut terhirup oleh orang sehat, maka orang tersebut berpotensi terkena bakteri tuberculosis. Penularan baketri lewat udara tersebut dengan istilah air-borne infection. Bakteri yang terhisap melewatai pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi  implantasi bakteri, bakteri akan mengandakan diri (multipleying).  Tempat implantasi kuman TBC yang paling sering adalah permukaan alveoli dari perenkim paru pada bagian bawah lobus atas atau bagian atas lobus bawah. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersam focus primer disebut sebagi kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi kan menjadi sensitive terhadap protein yang dibuat bakteri tuberkolosis dan bereaksi positif terhadap ters tuberculin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapt menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai jalan, yaitu:
1.      Percabangan Bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronkus dapat dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran percernaan.

2.      System Saluran Limfe
Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkolosis milier.

3.      Aliran Darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapt membawa atau mengangkut material yang mengandung bakteri tuberkolosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah, yaitu tulang, kelenjar adrenal, otak dan meningen.

4.      Reaktivasi Infeksi Primer (Infeksi Pasca-Primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri tuberculosis tak dapat berkembang baik lebih lanjut danmenjadi dorman atau idur. Ketika suatu kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberculosis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktivasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat diakibtakan oleh bakteri tuberculosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama berada di daerah apeks paru.

Ada kalanya pada paru-paru terdapat kaverne sehingga eksudat juga terbawa melalui kelenjar limfe maupun aliran darh yang mengakibtakan peradangan pada organ lainnya, antara lain peritonitis tuberkulosa, perikarditis tuberkulosa, meningitis dan limfa denitis tuberkulosa. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah atelektasis, hepoptisis dan pnemothorax.
ü  Utama :
·         Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
ü  Tambahan :
·         Dahak bercampur darah
·         Batuk darah
·         Sesak napas
·         Badan lemas
·         Nafsu makan menurun
·         Berat badan menurun
·         Malaise
·         Berkeringat di malam hari
·         Meriang lebih dari 1 bulan

Zein (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis paru menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan dan penemuan penderita (active case finding)

v  Pencegahan Tuberkulosis Paru
1.      Pemeriksaan kontak, yaitu pemerikasaan etrhadap individu yang bergaul erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberculin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberculin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diualng pada 6 dan 12 bualn mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberculin dan diberikan kemoprofilaksis.
2.      Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu misalnya:
·         Karyawan rumah sakit/Puskesmas/Balai pengobatan
·         Penghuni rumah tahanan
·         Siswa-siswi pesantren
3.      Vaksinasi BCG
4.      Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusui pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diberikan pada kelompok berikut:
·         Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberculin positif karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB
·         Anak dan remaja dibawah 20 tahun dengan hasil tes tuberculin positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular
·         Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberculin dari negative menjadi positif
·         Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obta imunosupresif jangka panjang
·         Penderita diabetes militus
5.      Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberculosis kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di tingkat ruamh sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia- PPTI).

Posting Komentar

 
Top